Karangasem – Kolaborasi lintas bidang ilmu kembali diwujudkan dalam program pengabdian masyarakat (PKM) di Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem. Melalui skema Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) yang didanai Kemendikti Saintek tahun 2025, tim dosen dari Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar dan Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) bersinergi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh dua kelompok mitra.
Setelah berhasil menyelesaikan kegiatan PDB di tahun pertama, pada tahun kedua ini Tim pelaksana yang terlibat diketuai oleh Bapak I Dewa Gede Agung Pandawana, S.Kom., M.Si. dari Prodi S1 Teknologi Informasi Unmas, didampingi oleh Bapak Dr. Eng. I GD. Yudha Partama, S.Si., M.Si., M.Eng. (Pascasarjana Perencanaan Wilayah Desa, Unmas), Ibu apt. Maria Malida Vernandes Sasadara, S.Farm., M.P. (S1 Farmasi, Unmas), dan Ibu Putu Putri Prawitasari S.E., M.Si., Ak. (S1 Akuntansi, Undiknas).
Kegiatan ini berawal dari identifikasi sejumlah kendala yang menghambat produktivitas dan kesejahteraan kelompok mitra. Kelompok Petani Tambak Garam Tasik Segara menghadapi masalah pada proses produksi yang kurang efisien, karena pengambilan air laut masih mengandalkan cara manual yang memakan banyak waktu dan tenaga. Selain itu, mereka belum mampu memproduksi garam beryodium skala industri, dan belum memanfaatkan cairan sisa produksi atau bittern yang sebenarnya bernilai ekonomis.
Sementara itu, Kelompok Tani Kelapa dan Pengolahan VCO Taman Mesari Jaya menghadapi kendala pada proses penyaringan minyak VCO yang masih konvensional, sehingga membutuhkan waktu lama dan mengurangi efisiensi produksi. Produk mereka juga belum memiliki izin edar, dan kemasan yang sederhana membuatnya sulit bersaing di pasar modern.

Instalasi SITOMA (Sistem Irigasi Otomatis) berbasis IoT di tambak garam. (ist)
Untuk menjawab persoalan tersebut, tim dosen memberikan serangkaian solusi komprehensif. Pada aspek bantuan alat dan teknologi, petani garam diberikan Sistem Irigasi Otomatis (SITOMA) berbasis IoT yang mempercepat proses pengambilan air laut. Bantuan mesin injeksi yodium berkapasitas 20 kg juga diserahkan agar mereka mampu memproduksi garam beryodium skala industri.
Untuk Kelompok Tani Kelapa, diserahkan alat penyaring minyak VCO bertingkat berkonsep penyaring vakum yang mampu mempercepat proses penyaringan hingga 30 persen dan menjaga higienitas produk.
Selain bantuan alat, tim juga melakukan pelatihan peningkatan sumber daya manusia yang terstruktur. Petani garam dilatih untuk mengolah produk turunan garam seperti garam spa dan sabun, serta diberikan pendampingan pencatatan keuangan berbasis Buku Kas digital.
Di sisi lain, kelompok pengolah VCO mendapatkan pelatihan intensif mengenai pengemasan dan pelabelan produk. Selain itu, mereka juga didampingi dalam pengurusan dokumen teknis untuk pendaftaran SPPT SNI dan pengajuan merek dagang produk VCO, membuka jalan menuju legalitas dan pasar yang lebih luas.

Pelatihan pembuatan garam beryodium. (ist)
Ketua Kelompok Petani Tambak Garam Tasik Segara, Bapak I Nengah Sarianta, menyampaikan apresiasinya.
“Bantuan SITOMA dan mesin yodium ini sangat luar biasa. Proses produksi kami jadi lebih cepat dan kami sekarang bisa menghasilkan garam beryodium berskala industri,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Kelompok Tani Kelapa dan Pengolahan VCO Taman Mesari Jaya, Bapak I Gede Sumadi, juga mengungkapkan rasa syukurnya.
“Alat penyaring yang diberikan sangat membantu, proses kami jadi lebih efisien. Pendampingan untuk merek dagang dan izin edar juga memberikan kami harapan besar untuk bisa menembus pasar yang lebih luas,” ungkapnya.
Semua upaya ini membuktikan bahwa sinergi antara akademisi dan pelaku usaha dapat menjadi kunci untuk memecahkan masalah, meningkatkan kemandirian ekonomi, dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada Kemendikti Saintek atas dukungan yang telah diberikan. (Ar/*)



